Kombinasi ecopreneurship dan saemaul undong sebagai upaya pengurangan degradasi hutan
DOI:
https://doi.org/10.20414/transformasi.v17i1.2883Keywords:
degradasi hutan, ecopreneur, komoditi lokal, nilai tambah, saemaul undongAbstract
[Bahasa]: Kawasan hutan di Desa Kelungkung, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah tangkapan hujan yang penting untuk menjaga ketersediaan air minum penduduk Kota Sumbawa Besar. Namun tekanan terhadap hutan semakin tinggi akibat pembukaan lahan untuk pertanian lahan kering. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi tekanan terhadap hutan. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah meningkatkan kapasitas komunitas lokal dalam memulai upaya ecopreneurship guna mendapatkan penghasilan tambahan dan mengurangi tekanan terhadap hutan. Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat seseorang menjadi ecopreneur. Selanjutnya intervensi dirancang untuk mengatasi faktor penghambat dengan menggunakan nilai-nilai pada konsep Saemaul Undong. Ecopreneur yang dikembangkan dalam PKM ini adalah pengembangan produk bernilai tambah dari komoditas lokal yang dianggap tidak/kurang bernilai ekonomis. Kelompok mitra yang dilibatkan yaitu kelompok Sumbawa Premium. Pendekatan yang dilakukan yaitu fasilitasi proses izin P-IRT dan penyediaan dukungan in-kind berupa peralatan. Selain itu, kelompok juga didampingi dalam pembuatan kemasan dan media promosi dan pemasaran. Produk yang dibuat yaitu selai dari buah-buahan yang tersedia di Desa Kelungkung yaitu selai jambu biji dan selai duwet, serta pengolahan biji mete menjadi mete madu panggang. Pada kegiatan PKM ini, kombinasi ecopreneurship dan konsep Saemaul Undong 2.0 merupakan pendekatan yang potensial untuk digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat yang lebih berkelanjutan.
Kata Kunci: degradasi hutan, ecopreneur, komoditi lokal, nilai tambah, saemaul undong
[English]: Forest areas in Kelungkung Village, Sumbawa District, West Nusa Tenggara Province are important catchment teritories for freshwater and drinking water supply for the residents. However, threat toward forest is increasing due to conversion to dry land farming. Hence, efforts to reduce forest degradation is needed. This community service aimed at increasing local community’s capacity to initiate ecopreneurship effort to gain additional income and reduce dreadful impacts on the forest. A literature study was conducted to identify factors that support or hinder the people to be ecopreneur. Then interventions were designed to overcome the barriers by adopting the values of Saemaul Undong concept. The ecopreneurship developed in this program was the development of added-valued products from local products having low economic values. A partner group involved in this program is Sumbawa Premium Group. The approach used was by providing assistance to get the necessary license to disseminate their products to the market (P-IRT license) and key equipments to start the business. In addition, we facilitated the making of the product packaging, promotion materials, and marketing. The products made were guava jam, duwet jam, and roasted cashew nut with honey flavor. In this program, a combination of Ecopreneur and Saemaul Undong 2.0 concept is a potential approach in designing and implementing a more sustainable community service.
Keywords: forest degradation, ecopreneur, local commodity, added value, saemaul undong