Main Article Content

Abstract

The clash of religions, customs, local beliefs gives a distinctive color in the lives of the people of the Raja Ampat Islands. How the myth of Cuwig's mythical influence on religious life in the village of Lilinta in the Raja Ampat-Papua archipelago and in interpreting and reformulate their religious life in response to the myth of Cuwig.  Religious knowledge has an important meaning to improve the faith of the community, thus creating religious emotion, encouraging people to do religious actions, although there is still a society believing the mystical, lack of of religious development. The mythical ghost of Cuwig is influenced by the environment. Myths evolved from the simultaneous stories beginning with the emergence of sudden death from the citizens, the problem spread the issue of the science of Cuwig in the intended person.

Keywords

Religion customs mythical Cuwig Ghost

Article Details

How to Cite
Nawir, M. S., Yusuf, M., & Kadir, A. (2020). Islam Raja Ampat dan Mitos Hantu Cuwig: Benturan Agama, Adat dan Kepercayaan Lokal pada Masyarakat Multikultural di Kampung Lilinta Papua Barat. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 3(1), 1–22. https://doi.org/10.20414/sangkep.v3i1.1482

References

  1. Abdulah, I. (2002). ”Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Transformasi Sosial:Suatu Pendekatan Budaya”. Jurnal Humaniora Vol. XIV. No.3, Yogyakarta.
  2. Abdulah, I. (2010). ”Konstruksi dan Reprodusi Kebudayaan”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
  3. Akhmad. (2015). Di Bawah Sinar Obor Flare, Respons Orang Sumuri Terhadap Kekuatan Ekonomi Global. Yogyakarta. Disertasi, FIB, UGM.
  4. Arwani, M. (2013). “Transformasi Tradisi Berkat, Pergulatan Kelas Dan Status Sosial Dalam Ritual Mauludan”. Menjaga Tradisi Dan Menggapai Pahala. Yogyakarta, Tici Publications.
  5. Bachtiar, H. W. (1993). Sejarah Irian Jaya dalam Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk (Ed. Koentjaraningrat), Jakarta, Jambatan.
  6. Bakhri, S., & Hidayatullah, A. (2019). Desakralisasi Simbol Politheisme dalam Silsilah Wayang: Sebuah Kajian Living Qur’an dan Dakwah Walisongo di Jawa. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 2(1), 13-30.
  7. Basarudin, B. (2019). Sejarah Perkembangan Islam di Pulau Lombok pada Abad Ke-17. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 2(1), 31-44.
  8. Boelaars, J. (1986). Manusia Irian Dahulu Sekarang dan Masa Depan. Jakarta. Gramedia.
  9. Castells, M. (2010). The Power of Identity, Cambridge: Wiley Blackwell.
  10. Geertz, C. (1989). Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta, Pustaka Jaya
  11. Ghazali, A. M. (2011). “Antropologi Agama”. Bandung, Alfa Beta.
  12. Hasse, J. (2009). Adat dan Islam di Bugis dalam Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer, Yogayakarta, Pustaka Pelajar.
  13. Iribaram, S. (2013). Satu Tiga Batu, (Tesis Magister), Jogjakarta, UGM, FIB
  14. Jayadi, S. (2016). Beragama untuk Kemanusiaan dan Kebangsaan: Esai-esai Sosiologi Agama. Diandra Kreatif.
  15. Jayadi, S., Demartoto, A., & Kartono, D. T. (2019). Social Integration between Islam and Hindu Adherents through Perang Topat Tradition in West Lombok Indonesia.
  16. Kelompok Peneliti Etnografi Irian Jaya. (1993). “Etnografi Irian Jaya” Panduan Sosial Budaya.
  17. Konetrjaringart. (1987). Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta, UI Press.
  18. Levi-Strauss, C. (1997). “Mitos, Dukun dan Sihir”. Yogyakarta. Kanisius
  19. Mansoben, J.R. (1995). Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, LIPI-RUL, Jakarta.
  20. Nawiruddin dan Malla.2013. Pembinaan Ummat Berbasis Multikultural, Jakarta Sejahtera Kita
  21. Pals, L. D. (2012). Seven Theories Of Religion. Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif. Jogjakarta, IRCiSoD.
  22. Radam, N. H. (2001). Religi Orang Bukit, Suatu Lukisan Struktur dan Fungsi dalam Kehidupan Sosial Ekonomi, Yogyakarta, Yayasan Semesta.
  23. Rahman. F. (1982). “What Islam Culture”. Surabaya, Usaha Nasional.
  24. Rais, M. (2010). Islamdan Kearifan Lokal; Dialektika Faham dan Praktik Keagamaan Komunitas Kokoda-Papua dalam Budaya Lokal. Annual Conference on Islamic Studies Banjarmasin.
  25. Raucek S. J. dan Warren L. R. (1984). “Pengantar Sosiologi”. Jakarta, Bina Aksara.
  26. Russel, W. A. (2015). Sejarah Nusantara. The Malay Archipelago. Yogyakarta, Indoliterasi.
  27. Sobari, M. (1997). Ciater, 1989 : Islam dan Pedagang Betawi dalam Fenomena Dukun dalam Budaya Kita, Jakarta: Pustaka Firdaus.
  28. Soekanto Soerjono. (1985). ”Aturan-aturan Metode Sosiologis”. Jakarta : CV. Rajawali.
  29. Suhardi. (2000). Sejarah, Mitologi, Kepercayaan, dan Agama dalam “Menjaga Alam Membela Masyarakat: Komunitas Lokal dan Pemanfaatan Mangrove di Teluk Bintuni”, Yogyakarta, LAFADL Pustaka dan PSAP UGM.
  30. Suparlan, P. (2004). Hubungan antar suku Bangsa, Jakarta: Penerbit KIK.
  31. Turner S. B. (2012). “Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
  32. Van, H. F.J.F. (2002). Di Tanah Orang Papua. Papua. Yayasan Timotius Papua Bekerjasama Dengan Yayasan HAPIN Beland